Menghindari Efek Samping Obat Tradisional

Bookmark and Share
Namun demikian, walaupun kecil efek sampingnya, bukan berarti tanpa efek samping. Obat tradisional atau herbal tetap memiliki efek samping. Efek samping yang mungkin terjadi dapat dihindari antara lain dengan memerhatikan beberapa hal. 
  1. Ketepatan bahan. 
  2. Ketepatan dosis. 
  3. Ketepatan waktu. 
  4. Ketepatan cara penggunaan. 
  5. Ketepatan informasi. 
  6. Ketepatan pemilihan. 
  7. Tanpa penyalahgunaan. 
Ketepatan Bahan 
Setiap tanaman obat memiliki khasiat tersendiri, efek terapi akan ditentukan juga oleh penggunaan jenis bahan, penggunaan dengan jenis bahan yang salah akan menghambat penyembuhan, begitupun sebaliknya penggunaan bahan yang tepat akan membantu proses penyembuhan. Namun, perlu disadari tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadangkala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. 
Sebagai contoh lempuyang, di pasaran ada beberapa macam yang agak sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Lempuyang emprit (Zingiber amaricans) memiliki bentuk yang relatif lebih kecil, berwarna kuning dengan rasa yang pahit. Lempuyang emprit ini berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua adalah lempuyang gajah {Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan berwarna kuning, jenis ini pun berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah lempuyang wangi [Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan berbau harum. Tidak semua kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat sebagai pelangsing (Sastroamidjojo S, 2001). 
Ketepatan Dosis 
Selain ketepatan jenis obat dengan penyakit yang diobati, hal yang juga penting adalah ketepatan dosis. Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Ketepatan dosis akan membentuk proses penyembuhan. 
Kelebihan dosis dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Walaupun efek samping relatif kecil, namun tetap ada. 
Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan, daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu. (Suarni, 2005) 
Salah satu efek samping tanaman obat dapat digambarkan dalam tanaman Pare atau Paria (Sunda). Pare, yang sering digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias paria (Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. Pare mengandung alpha-momorrchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (Momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV-AIDS (Grover JK dan Yadav SP, 2004), Zheng YT, et al., 1999). Akan tetapi, biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria. 
Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentukjus, lalap atau sayur, dapat mematikan sperma, memicu impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver (Basch E, et al., 2003), (Lord MJ, et al., 2003)). 
Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran. 
Ketepatan Waktu 
Penggunaan Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo S, 2001). Akan tetapi, jika diminum pada awai masa kehamilan beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan. 
Ketepatan Cara 
Penggunaan Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan/mabuk. (Paterrson S, dan O'Hagan D., 2002) 
Ketepatan Telaah Informasi 
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obattradisional berbalik menjadi bahan yang membahayakan. Contohnya, informasi di media massa menyebutkan bahwa bijijarak (Ricinus communis L) mengandung risin yang jika dimodifikasi dapat digunakan sebagai antikanker (Wang WX, et al., 1998). Risin sendiri bersifat toksin/ racun sehinggajika bijijarakdikonsumsi secara langsung dapat menyebabkan keracunan dan diare (Audi J. et al., 2005), (Sastroamidjojo S, 2001)). 
Ketepatan Pemilihan Obat untuk Indikasi Tertentu 
Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat untuk terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi. 
Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi, daun tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel- sel darah putih) hingga ± 30%, akibatnya penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi (Bolcskei H, et al., 1998), (Lu Y, et., 2003), (Noble RL, 1990), (Wu ML, et al., 2004). Padahal pengobatan diabetes membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga daun tapak dara tidak tepat digunakan sebagai antidiabetes melainkan lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukemia. 
Tanpa Penyalahgunaan 
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat maupun obat tradisional tersebut. Contoh penyalahgunaan yang mungkin bisa terjadi: 
  1. Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalahgunakan untuk pengguguran kandungan. Risiko yang terjadi adalah bayi lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian; 
  2. Menghisap kecubung sebagai psikotropika; 
  3. Penambahan bahan kimia obat.

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment